Selasa, 08 Juni 2010

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS KONTAK

LANDASAN TEORI
DERMATITIS KONTAK


I. TEORI MEDIS
 Pengertian
Dermatitis kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure – unsure fisik, kimia, atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.

 Penyebab

Zat – zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara yaitu :
1. Iritasi ( dermatitis iritan )
2. Reaksi alergi ( dermatitis kontak alergika )
• Sabun detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan.
• Penyebab dermatitis kontak alergika
Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya.
• Senyawa kimia ( dalam perhiasan ) : nikel
Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros.
• Obat – obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic ( penisilin, sulfonagnid, neomisin ), autihistamin ( defenhidramin )
• Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.
 Manifestasi klinik

Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :
• Gatal – gatal
• Rasa terbakar
• Lesi kulit ( vesikel )
• Edema yang diikuti oleh pengeluaran secret
• Pembentukan krusta serta akhirnya mongering dan mengelupas kulit.
Reaksi yang berulang – ulang dapat disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya tersebar luas.

 Patofisiologi
Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
1. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
2. Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.

Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein.
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition).
Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.

b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.


 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu :
• Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang terdapat lesi.
Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
• Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit.
Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
• Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan memegang peranan penting.
• Uji tempel
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi.
Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis.
Untuk mengidentifikasi respon alergi
Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

 Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:

 Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
 Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih.
 Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.


 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengistirahatkan kulit yang sakit dan melindunginya terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus dianamnesia. Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan, iritasi local harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis. Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung obat dapat dioleskan pada bercak – bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang kecil. Kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang ditambahkan pada air kompres kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres basah biasanya membantu membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret. Kemudian preparat krim atau salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid dioleskan tipis – tipis. Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan, untuk dermatitis dengan daerah – daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang menyebar luas, pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.



II. TEORI KEPERAWATAN
 Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan, Perubahan tonus
2. Sirkulasi
Tanda : pembentukan edema jaringan
3. Integritas Ego
Gejala : Pekerjaan, masalah tentang keluarga
Tanda : ansietas, menarik diri
4. Eliminasi
Tanda : Diuresis ( setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi )
5. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum
6. Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi, perilaku
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada kulit
8. Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
9. Keamanan
Tanda : adanya destruksi jaringan.

 Diagnosa keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Sasaran : pemeliharaan integritas kulit
Hasil yang diharapkan :
• Mempertahankan integritas kulit
• Tidak ada laserasi
• Tidak ada tanda – tanda cedera termal
• Tidak ada infeksi
• Memberikan obat topical yang diprogramkan
• Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. pantau keadaan kulit pasien
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlalu tinggi dan akibat cidera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanasan, radiator )
HE:
3. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
kolaborasi
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti histamine dan salep kulit
rasional :
1. Mengetahui kondisi kulit untuk dilakukan pilihan intervensi yang tepat
2. Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.




3. Banyak masalah kosmetika pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
4. Penggunaan anti histamine dapat mengurangi respon gatal serta mempercepat proses pemulihan


2. Nyeri dan yang berhubungan dengan lesi kulit
Sasaran : peredaan ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :
• Mencapai peredaan gangguan rasa
• Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda
• Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
• Mematuhi terapi yang diprogramkan
• Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
• Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam penampilan yang sehat.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Periksa daerah yang terlibat


2. Upaya untuk menemukan penyebab gangguan rasa nyaman

3. Mencatat hasil – hasil observasi secara rinci dengan memakai terminology deskriptif.



4. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi ; mendapatkan riwayat pemakaian obat.

5. Kendalikan factor – factor iritan

6. Pertahankan kelembaban kira – kira 60 % ; gunakan alat pelembab.

7. Pertahankan lingkungan dingin

8. Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun yang dibuat untuk kulit sensitive ( Neutrogena, Avveno ).
9. Lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan di tempat tidur.
10. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun ringan

11. Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen, pembersih, dan pelarut.

12. Gunakan tindakan perawatan kulit untuk mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan kenyamanan pasien.

13. lakukan kompres penyejuk dengan air suam – suam kuku ataukompres dingin guna meredakan rasa gatal.

14. Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana dipreskripsikan.



Kolaborasi:

15. Oleskan lotion dan krim kulit segera setelah mandi

16. Gunakan terapi topical seperti yang dipreskripsikan.

17. Anjurkan pasien untuk menghindari pemakaian salep ayau lotion yang dibeli tanpa resep dokter.
18. Jaga agar kuku selalu terpangkas.
rasional :
1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan dalam menyusun rencana intervensi.
2. Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan kenyamanan.

3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosisi dan pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa tetapi mempunyai etiologi yang berbeda. Respons inflamasi kutan mungkin mati pada pasien lansia.
4. Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan yang mendadak dapat mennjukkan reaksi alergi terhadap obat.

5. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan fisik.
6. Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.

7. Kesejukan mengurangi gatal

8. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detegen, zat pewarna atau bahan pengeras.

9. Meningkatkan lingkungan yang sejuk

10. Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.

11. Setiap substansi yang mneghilangkan air, lipid atau protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier kulit.

12. Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan keutuhannya agar dapat berfungsi dengan benar.

13. Penghisapan air yang bertahap dari kasa kompres akan menyejukkan kulit dan meredakan pruritus.
14. Kulit yang kering dapat menimbulkan daerah dermatitis dengan kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang lebih berat, pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan eksudat.


15. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah gangguan lapisan barier pada kulit.

16. Tindakan ini membantu meredakan gejala


17. Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi karena pengobatan sendiri.

18. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.



3. perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan :
• Mencapai tidur yang nyenyak
• Melaporkan peredaan rasa gatal
• Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
• Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada malam hari.
• Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
• Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
1. Bantu pasien melakukan gerak badan secara teratur

2. jaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

Kolaborasi:

3. Cegah dan obati kulit yang kering

HE:
4. Anjurkan kepada klien menjaga kulit selalu lembab


5. Anjurkan klien Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur di malam hari.
6. Anjurkan klien Mengerjakan hal – hal yang ritual dan rutin menjelang tidur.
rasional :
1. Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan pada sore hari.
2. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal. Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.


3. Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang normal.

4. Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

5. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam sesudah dikonsumsi.


6. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.

4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Hasil yang diharapkan :
• Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
• Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan – mandiri.
• Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.
• Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
• Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
• Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.menggunakan teknik menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan.


INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien ( menghindari kontak mata, ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekpresi keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).
2. Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan.


3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan ( dengan cara yang terbuka, tidak menghakimi ) untuk mengekspresikan berduka / ansietas tentang perubahan citra tubuh.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien. Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah.

5. dorong sosialisasi dengan orang lain
rasional :
1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri.
2. Terhadap hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.
3. Pasien membutuhkan pengalaman yang harus didengarkan dan dipahami.

4. Tindakan ini memberikan kesempatan pada petugas kesehatan untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan merupakan unsure yang merusak adaptasi pasien.
5. Meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.


5. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan :
• Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri
• Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.
• Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang diprogramkan.
• Gunakan obat topical dengan tepat
• Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.


INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan apakah pasien mnegetahui ( memahami dan salah mengerti ) tentang kondisi dirinya.
2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar ; memperbaiki kesalahan konsepsi / informasi
3. Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan ( kompres basah ; obat topical )
4. Berikan nasihat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta lotion kulit.



5. Dorong pasien untuk mendapatkan status nutrisi yang sehat.

rasional :
1. Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.

2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.
3. Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan untuk menunjukkan cara yang tepat unutk melakukan terapi.
4. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau lotion untuk melembabkan kulit akan memcegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar, retak, dan bersisik.
5. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada kulit dapat menandakan status nutrisi yang abnormal.


6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit
Sasran : tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan :
• Tetap bebas dari infeksi
• Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan kebersihan dan mencegah kerusakan.
• Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
• Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan
• Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis : penggantian balutan, mandi )
INTERVENSI RASIONAL
1. Miliki indeksi kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi pada pasien yang system kekebalannya teganggu.
2. Berikan petunjuk yagn jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi

3. Laksanakan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi

rasional ;

1. Setiap keadaan yang mneggangu status imun akan memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.

2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung pada ketrampilan – ketrampilan interpersonal professional kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat dengan instruksi tertulis.
3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh drah kulit dan dengan demikian mengurangi eritema serta produksi serum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar